Mengenal Film Ortokromatik: Karakteristik dan Keunikan dalam Fotografi Analog - GEMA

Mengenal Film Ortokromatik: Karakteristik dan Keunikan dalam Fotografi Analog

Azrial Dhyas Putratama - 1

Foto: Azrial Dhyas Putratama

GEMAGAZINE – Dilansir dari buku The Photography of Colored Objects karya Eastman Kodak Company, film ortokromatik pertama kali dikembangkan pada tahun 1873 oleh Vogel. Ia menciptakan emulsi film yang disensitisasi dengan menambahkan pewarna, seperti warna eosin atau erythrosine agar peka terhadap warna hijau-kuning, selain biru-ungu. Nama “ortokromatik” mencerminkan tujuan untuk meningkatkan ketepatan reproduksi warna, meskipun belum mencakup seluruh spektrum cahaya tampak.

Foto: Azrial Dhyas Putratama

Karakteristik Utama

1. Sensitivitas Spektral yang Tidak Merata

Dilansir dari buku yang sama, film ortokromatik memiliki respons spektral yang tidak seimbang. Film ini sangat sensitif terhadap biru-ungu (sekitar 40 kali lebih dominan dibanding hijau), nyaris tidak peka terhadap biru-hijau, hanya menunjukkan puncak kecil pada kuning-hijau, dan benar-benar tidak merespons warna merah.

2. Teknologi Pewarna

Seperti disebutkan di awal, film ortokromatik dibuat dengan menyisipkan pewarna erythrosine atau eosin ke dalam emulsi. Pewarna ini menyerap cahaya hijau-kuning, memberikan film tersebut “sensitivitas sekunder” terhadap spektrum tersebut.

Perbandingan dengan Film Pankromatik:

  1. Film pankromatik memiliki kemampuan menangkap seluruh spektrum cahaya tampak, termasuk merah hingga sekitar 7.000 unit panjang gelombang. Hasilnya, warna kulit dan benda merah tampak lebih alami.
  2. Tidak hanya itu, pankromatik menunjukkan keseimbangan sensitivitas: tetap peka terhadap biru, tetapi dengan respons yang lebih terkendali, serta mencakup hijau dan merah secara signifikan.
  3. Akurasi warnanya pun lebih menyerupai persepsi visual manusia dibanding ortokromatik.

Keterbatasan Film Ortokromatik:

  1. Tidak sensitif terhadap merah, sehingga tidak ideal untuk fotografi potret; objek merah seperti bibir akan tampak gelap.
  2. Terlalu peka terhadap biru, yang dapat menyebabkan bagian gambar berwarna biru menjadi terlalu terang (overexposed).
  3. Jika dibandingkan film pankromatik, ortokromatik masih jauh dari kemampuan mendekati persepsi mata manusia.

Masihkah Relevan Hari Ini?

Foto: Azrial Dhyas Putratama

Meski secara teknis telah tergantikan oleh film pankromatik, film ortokromatik tetap memiliki tempat di hati fotografer analog modern. Karakter kontrasnya yang tinggi dan tampilannya yang dramatis menjadikannya pilihan ideal untuk proyek fine art, fotografi arsitektur, jurnalistik, atau karya vintage dengan sentuhan klasik awal abad ke-20.

Bahkan keterbatasannya pun kerap dimanfaatkan secara kreatif. Karena tidak merekam warna merah, objek merah dapat diubah menjadi siluet gelap yang kontras—memberi efek artistik yang unik. Maka dari itu, film ortokromatik tetap bertahan bukan semata sebagai alat dokumentasi teknis, melainkan sebagai medium ekspresi visual dan bentuk penghormatan terhadap sejarah fotografi.

(fnh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *