Magang Bergaji 2025, Solusi Atasi Pengangguran?
Foto: maganghub.kemnaker.go.id
GEMAGAZINE — Pemerintah meluncurkan Program Magang Nasional 2025 sebagai bagian dari percepatan ekonomi. Program tersebut telah menyiapkan anggaran Rp198 miliar yang diperuntukan bagi lulusan perguruan tinggi maksimal satu tahun.
“Program ini menargetkan 20 ribu peserta dari jenjang S1, D3, atau setara yang akan ditempatkan di sektor industri,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip Gemagazine dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Rabu (8/10/2025).
Selama enam bulan magang, peserta memperoleh pengalaman kerja dan uang saku setara upah minimum provinsi (UMP), dengan rata-rata sekitar Rp3,3 juta per bulan. Program ini diharapkan menekan pengangguran dan meningkatkan daya saing tenaga kerja nasional.
Pelaksanaan Magang
Program Magang Nasional 2025 resmi dibuka pada 15 Oktober 2025. Pendaftaran peserta dilakukan melalui platform “Ayo Magang” di laman siapkerja.kemnaker.go.id . Kuota awal peserta didistribusikan secara proporsional berdasarkan jumlah lulusan di setiap provinsi.
Perusahaan dengan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan terdaftar di Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan (WLKP) harus mendaftarkan kebutuhan magang pada tanggal 1–7 Oktober 2025. Selain itu, perusahaan wajib menunjuk mentor pendamping selama program magang berlangsung.
Manfaat dan Tantangan
Pakar Hukum Universitas Airlangga (Unair) Profesor Hadi Subhan menyatakan program magang nasional bergaji bermanfaat meningkatkan kompetensi lulusan baru. Program ini memperkuat hubungan pendidikan dan dunia kerja. Namun, ia menyoroti tantangan pemerataan lokasi magang.
“Karena tempat magang banyak industri di kota maka tidak bisa dihindari terkait urbanisasi sebagai ‘harga’ yang harus dibayar. Tapi manfaatnya jauh lebih besar dibandingkan masalah urbanisasi tersebut,” tutur Hadi dikutip Gemagazine dari Antara, Rabu (10/8/2025).
Sementara itu, pengamat ketenagakerjaan Prof. Payaman Simanjuntak menilai penting adanya tindak lanjut setelah magang berakhir. Ia berharap peserta magang direkrut langsung oleh perusahaan sebagai karyawan. Langkah tersebut dipandang efektif mengurangi pengurangan.
Lulusan Pengangguran Tertinggi
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan terbuka (TPT) tertinggi di Indonesia pada Februari 2025 ditempati oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yakni 9,01% . Hal ini menunjukkan adanya kekurangan dalam penyerapan lulusan SMK ke dunia kerja.
Lulusan perguruan tinggi juga mengalami penurunan signifikan, tercatat sekitar 4,83%. Meskipun lebih rendah dibandingkan gelar SMK. Melihat kondisi tersebut, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk memperluas Program Magang Nasional 2025 agar dapat menjangkau seluruh lulusan.
Solusi Tekan Pengangguran?
Program magang serupa sebelumnya telah dijalankan pemerintah melalui Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), yang juga dibiayai penuh oleh APBN. Pemerintah menanggung biaya dan upah peserta, sementara perusahaan hanya menyediakan mentor dan fasilitas.
MSIB diluncurkan pada tahun 2021 dengan tujuan memberikan pengalaman kerja dan meningkatkan kesiapan siswa menghadapi dunia kerja. Meski demikian, belum ada laporan pemerintah yang menunjukkan program tersebut berdampak pada pengurangan penurunan.
Program Magang Nasional 2025 bertujuan untuk lulusan baru, digaji sesuai UMP, dengan perusahaan menyiapkan mentor. Mengingat hasil MSIB sebelumnya, efektivitas menekan pengangguran tetap perlu dievaluasi secara cermat.
(af/izni)