OMSP Perkuat Hubungan Pertahanan Indonesia dan Australia
Foto: kemhan.go.id
GEMAGAZINE – Kerja sama strategis antara Indonesia dan Australia di bidang Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan pertahanan siber menjadi langkah penting dalam memperkuat keamanan kawasan Indo-Pasifik. Dalam konteks global yang semakin kompleks, bentuk kolaborasi ini mencerminkan respons kedua negara terhadap ancaman nontradisional yang kian meningkat. Kolaborasi ini tidak hanya menyangkut aspek militer, tetapi juga penguatan kapasitas sipil, teknologi, dan kemanusiaan.
Kedua negara memandang OMSP sebagai peluang untuk memperluas kerja sama di luar ruang perang konvensional. Dengan mengedepankan aspek kemanusiaan dan digitalisasi keamanan, kolaborasi ini diharapkan mampu memperkuat stabilitas kawasan melalui pelatihan bersama dan pertukaran teknologi. Upaya tersebut juga mendukung kebijakan pertahanan nasional Indonesia yang menekankan keseimbangan antara kekuatan militer dan kemampuan tanggap darurat.
Dilansir Gemagazine dari situs ANTARA, Selasa (21/10/2025), Kementerian Pertahanan (Kemhan) kedua negara menegaskan kesepakatan kerja sama di bidang OMSP, pertahanan siber, serta kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pertemuan bilateral itu menghasilkan rencana yang sejalan dengan Plan of Action (PoA) for the Indonesia–Australia Comprehensive Strategic Partnership (CSP) 2025–2029 yang dirilis oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.
Fokus Penguatan OMSP dan Siber Berbasis Teknologi
Fokus utama kerja sama ini meliputi peningkatan kapasitas dalam keamanan siber, patroli laut nonkinetik, serta latihan bersama tanggap bencana berbasis teknologi. Bidang tersebut menjadi prioritas karena kedua negara memiliki kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas wilayah dari ancaman lintas batas. Selain itu, kolaborasi ini juga akan memperkuat sistem informasi pertahanan dan keamanan pelabuhan digital di kawasan regional.
Kemhan juga menyebutkan bahwa kerja sama ini akan diikuti dengan pelatihan gabungan. Program tersebut dirancang untuk memperkuat kesiapsiagaan personel dalam menghadapi ancaman nontradisional, seperti serangan siber, disinformasi digital, dan bencana alam. Pelatihan ini sekaligus menjadi bentuk diplomasi pertahanan yang memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
Hambatan Institusional dan Upaya Mengatasinya
Meskipun memiliki potensi besar, implementasi OMSP masih menghadapi sejumlah hambatan, seperti koordinasi antarlembaga. Proses birokrasi yang panjang sering kali menghambat pelaksanaan kegiatan lintas lembaga. Oleh karena itu, diperlukan sistem koordinasi terpadu untuk memastikan setiap program OMSP dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.
Dilansir Gemagazine dari situs ANTARA, kerja sama ini menyoroti perlunya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi pertahanan dan keamanan digital. Kesenjangan kemampuan teknis antara kedua negara menjadi tantangan yang perlu dijembatani melalui pendidikan, pelatihan, dan transfer pengetahuan. Hal ini diharapkan dapat membantu Indonesia meningkatkan daya saing di bidang pertahanan siber internasional.
Selain itu, Australia juga mendorong pembentukan forum komunikasi tetap antara lembaga keamanan kedua negara. Forum ini akan berfungsi sebagai wadah koordinasi dan evaluasi berkala terhadap implementasi Plan of Action CSP 2025–2029. Dengan adanya mekanisme tersebut, kerja sama dapat terus disesuaikan dengan perkembangan situasi global dan kebutuhan nasional masing-masing pihak.
(rn/akp)