Pameran SBY Art Community: Ruang Memaknai Kehidupan Alam Semesta

IMG-20251005-WA0043~2

Foto: Azrial Dhyas Putratama

GEMAGAZINE – Galeri seni bukan sekadar ruang untuk pameran, melainkan bagian dari ekosistem seni yang mempertemukan penikmat seni dengan seniman. Dalam pameran SBY Art Community bertajuk “Art for Peace and a Better Future“, menjadi bukti nyata bahwa seni tak pernah lepas dari kehidupan interpersonal.

SBY Art Community merupakan sebuah komunitas atau perkumpulan di bidang seni yang didirikan dan dibina oleh Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada awal tahun 2025. Komunitas ini beranggotakan seniman Indonesia dari berbagai daerah. Seni, khususnya musik dan lukis, telah menjadi bagian dari perjalanan hidup para pendiri komunitas yang tak dapat dipisahkan.

Tuanku Muhammad Radiyan, selaku pengelola galeri, menjelaskan bahwa pameran ini menjadi pameran pertama yang diinisiasi langsung oleh mantan Presiden Republik Indonesia.

“Ini pameran pertama yang memang diinisiasi oleh presiden SBY dan bahkan gerakannya SBY Art Community itu memang gerakan satu-satunya,” ujar Radiyan.

Pameran ini juga disambut dengan antusiasme para pengunjung dari berbagai kalangan yang ingin mengetahui seperti apa karya-karya yang dihadirkan oleh SBY Art Community.

“Dari awal antusiasmenya sangat tinggi ya, terutama di akhir pekan. Bisa mencapai 1.300 orang per hari di hari Sabtu dan Minggu. Tapi antusiasmenya sangat didorong oleh para Gen Z ya, karena mungkin ingin mengenal lukisan Pak SBY. Kami sangat berterima kasih atas berbagai yang luar biasa dari masyarakat,” ungkap Radiyan.

Selain menghadirkan lukisan dengan berbagai macam cerita, pameran ini juga turut mempersembahkan program Artist Talk dan kanvas interaktif yang dapat diikuti oleh para pengunjung.

Pameran Perdana bagi Komunitas Seni SBY

Pameran bertajuk “Art for Peace and a Better Future” menjadi pameran perdana bagi Komunitas Seni SBY. Pameran ini lahir dari gagasan mengenai situasi dunia yang kian dipenuhi berbagai konflik, seperti peperangan dan menurunnya rasa kemanusiaan. Oleh karena itu, pameran ini menjadi wujud harapan agar perdamaian dapat terus terpelihara hingga di masa depan.

Pameran ini menampilkan 31 karya dari 21 seniman dengan 33 subtema yang dipilih langsung oleh SBY. Dalam karyanya, masing-masing seniman dapat memilih subtema yang diinginkan, lalu menciptakannya dalam bentuk visual. SBY pun turut berpartisipasi dalam pembuatan karya, dan menampilkan 8 karya ciptaannya.

Melalui karya-karya yang dipamerkan, Bill Mohdor selaku penyelenggara acara SBY Art Community menyampaikan bahwa setiap pengunjung yang melihat karya-karya tersebut memiliki harapan agar dunia menjadi  tempat yang lebih baik di masa depan.

“Beberapa karya di sini memberi dampak, bahkan memberi efek kesedihan, inspirasi, dan banyak hal lainnya untuk kesejahteraan diri dan juga berpikir bagaimana dunia akan lebih baik di masa depan,” papar Bill.

Seni bukan hanya sekadar keindahan, tetapi juga menjadi bagian dari komunikasi. Menurut Bill, karya-karya seni selalu memuat pesan moral yang ingin disampaikan oleh para seniman.

“Seni adalah salah satu bahasa universal di mana publik secara umum, baik itu di Indonesia maupun di internasional mendapatkan pesan daripada karya-karya yang kita sampaikan. Harapannya dengan karya-karya yang ada di sini dapat menjadi pesan buat dunia agar seni terus menginspirasi kemajuan dan masa depan yang lebih baik,” tambah Bill.

Gagasan Di balik Lukisan Raksasa “Destruction Ruins, Peace Pints

Seni rupa menjadi instrumen perdamaian dan praktik inklusivitas. Hal ini diwujudkan melalui inisiatif SBY Art Community. Selain itu, komunitas ini lahir untuk memajukan praktik seni lukis di Indonesia serta menciptakan kebersamaan, perdamaian, dan keadilan.

Pameran ini kian menjadi sorotan para penikmat seni. Dalam pameran ini, terdapat salah satu lukisan raksasa berukuran 2,5 x 7 meter bernama “Destruction Ruins, Peace Pints”. Lukisan ini terinspirasi dari lagu ciptaan SBY, Save Our World.

“Ini lukisan kolaborasi dari seniman-seniman SBY Art Community, termasuk SBY sendiri. Dari tema besar yaitu ‘Art for Peace a Better Future‘. Lukisan ini hadir melalui seniman dari empat institusi seni rupa, IKJ, ITB, ISI Yogyakarta, dan ISI Solo. Masing-masing mengirimkan empat representatif,” kata Radiyan.

Lukisan tersebut menuangkan bentuk visual, seperti kehancuran perang, datangnya sinar fajar, perahu tanpa udara, dan elemen visual lainnya. Di tengah lukisan tampak sesosok perempuan duduk di atas kuda di antara dua sisi: kekacauan dan keindahan. Ditambah dengan visual sosok lelaki membawa lentera menyiratkan makna bahwa di tengah peperangan, terdapat harapan pencarian atas kebenaran dan keadilan.

Seni sebagai Alat Dalam Menyampaikan Pesan

Karya seni selalu mengandung nilai dan makna yang ingin disampaikan oleh senimannya. Kehadiran lukisan dalam pameran bukan lagi sekadar hiburan atau pengisi waktu luang, terutama seni lukis justru hadir untuk memaknai kehidupan yang terus berjalan.

Farhan Ramadhan, salah satu pengunjung, menyebut pameran ini merupakan ruang inklusif. Ia percaya seni telah menjadi sarana untuk menyampaikan pesan atas kehidupan alam semesta.

“Dari sekian banyak, sebenarnya ada beberapa karya yang menurut saya memberikan pesan yang luar biasa. Ini salah satu lukisan karya Rizky Romansyah (Bukan Untuk Kemenangan, Tapi Untuk Perdamaian). Si pelukis ingin menyampaikan bahwa setiap peperangan ada pesan-pesan damai,” ungkap Farhan.

Ia berharap seni dapat terus menjadi media pembelajaran melalui pesan yang disampaikan para seniman Indonesia lewat karya-karyanya. Sebagai warga Indonesia, Farhan bersyukur mendapat kesempatan untuk melihat karya-karya seniman Indonesia, khususnya dalam pameran Komunitas Seni SBY.

”Khususnya sama SBY Art, kita bisa merasakan karya seni dari berbagai seniman yang luar biasa di Indonesia gitu, kan,” tutur Farhan.

(as)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *