Boikot Israel Menguat, Tokoh Dunia Angkat Suara

Foto: M Yahya Ayyash
Isu Palestina kembali menjadi sorotan setelah sejumlah tokoh dunia hingga artis ternama Hollywood menyuarakan langkah boikot terhadap Israel. Inisiasi pemboikotan ini lahir sebagai bentuk desakan moral atas operasi militer Israel di Palestina. Hal ini dinilai menimbulkan penderitaan hingga memburuknya kondisi kemanuasiaan warga sipil. Dukungan terhadap Palestina kini merambah ke ranah politik hingga industri hiburan internasional.
Lebih dari 1.800 aktor, penghibur, dan produser, termasuk beberapa bintang Hollywood, menandatangani perjanjian untuk tidak bekerja sama dengan lembaga film Israel. Mereka menilai lembaga film tersebut secara tak langsung terlibat dalam penyiksaan warga Palestina, dilansir Gemagazine dari Reuters pada Jumat (26/09/2025).
Sikap yang tegas turut ditunjukkan dalam ranah politik di Amerika Serikat. Berdasarkan AP News, Senat sekaligus politisi senior AS yaitu Bernie Sanders, Jeff Merkley, dan Peter Welch sebagai Senator Demokrat secara konsisten menentang dukungan militer bagi Israel. Mereka sampai saat ini setuju dalam menolak serta menghentikan gencatan senjata Israel terhadap Palestina.
Awal Mula Boikot di Kalangan Hollywood Picu Perdebatan
Di panggung industri hiburan, boikot terhadap Israel mendapat dukungan luas dari insan perfilman dunia. Sejumlah pekerja film, seperti Emma Stone, Javier Bardem, Mark Ruffalo, dan Olivia Colman, menandatangani komitmen untuk tidak menjalin kerja sama dengan lembaga film Israel. Reuters menyebut aksi ini terinspirasi dari gerakan boikot budaya pada era Apartheid di Afrika Selatan sekaligus menunjukkan besarnya pengaruh selebriti ketika menyuarakan isu kemanusiaan.
Industri perfilman turut memberikan tanggapan mengenai boikot terhadap Israel. Paramount, salah satu studio terbesar di Hollywood, mengecam seruan boikot itu. Mereka menyatakan bahwa membungkam seniman hanya karena kebangsaan tidak membantu memperkuat pemahaman atau mendorong perdamaian. Pernyataan ini menjadikan Paramount sebagai studio besar pertama yang secara terbuka menolak langkah boikot terhadap institusi perfilman Israel. Menurut Paramount, alih-alih memutuskan hubungan, dunia hiburan sebaiknya mendorong komunikasi dan kerja sama lintas budaya.
“Kami tidak sependapat dengan upaya terkini untuk memboikot pembuat film Israel. Membungkam seniman kreatif individu berdasarkan kewarganegaraannya tidak akan mendorong pemahaman yang lebih baik ataupun memajukan tujuan perdamaian, kita membutuhkan lebih banyak keterlibatan dan komunikasi bukan sebaliknya,” ungkap Paramount.
Meski begitu, langkah ini juga memunculkan perdebatan. Besarnya dukungan dari para artis memberi peringatan kepada khalayak luas akan kewajiban moral untuk menyoroti penderitaan warga sipil Palestina. Sementara itu, pihak yang menolak seperti Paramount berpendapat bahwa pemboikotan berbasis kewarganegaraan berisiko membungkam kreativitas seniman dan merusak peran seni sebagai ruang untuk menyuarakan kreatifitas.
Senator Progresif AS Desak Pemutusan Dukungan Militer ke Israel
Senator Bernie Sanders juga tampil sebagai tokoh penting yang menentang dukungan tanpa syarat AS terhadap Israel. Pada Maret 2025, Bernie Sanders mengajukan usulan pemungutan suara kepada senat untuk memblokir penjualan senjata senilai US$8,8 miliar kepada Israel. Tindakan ini dilakukan Bernie Sanders akibat krisis kemanusiaan di Palestina. Meski Solusi itu akhirnya ditolak oleh mayoritas senat, langkah Sanders menandai adanya perbedaan arah pandang di kalangan Demokrat.
Dukungan terhadap posisi Sanders juga datang dari senator Demokrat lain, seperti Jeff Merkley dan Peter Welch. Mereka ikut menandatangani resolusi serupa. Meskipun kalah dalam voting, langkah itu memperlihatkan adanya upaya serius dari sebagian politisi AS untuk mengaitkan kebijakan luar negeri dengan empati kemanusiaan.
Sanders menegaskan bahwa sikap kritis terhadap Israel bukan berarti menolak hak eksistensi negara tersebut. Menurutnya, kritik perlu ditegaskan ketika tindakan gencatan senjata oleh Israel berujung pada pelanggaran hak asasi manusia. Pernyataan itu membuat Sanders menempati posisi khusus dan berani sebagai seorang Senator AS yang gigih dalam menentang kebijakan resmi negaranya, meski mendapat tekanan besar dari kelompok pro-Israel.
(dam/nh)