Fenomena Anak Muda Jadikan ChatGPT sebagai Teman Curhat
GEMAGAZINE – Dulu, anak muda biasa menuliskan isi hati mereka di buku diari. Seiring perkembangan zaman, kebiasaan itu mulai bergeser. Kini, banyak yang menjadikan ChatGPT sebagai teman berbagi cerita di ruang digital.
ChatGPT merupakan salah satu teknologi kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan teks atau percakapan dalam bahasa alami, dilansir Gemagazine dari Kemendikdasmen BBPMP Jawa Tengah, Selasa (02/09/2025).
Penggunaan ChatGPT tergolong mudah sehingga dapat diakses oleh berbagai kalangan. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur yang mampu mengidentifikasi informasi penting dalam sebuah teks. Dengan dukungan Natural Language Processing (NLP), ChatGPT mampu memberikan respons yang realistis layaknya percakapan manusia.
Awalnya, ChatGPT sering digunakan untuk menjawab pertanyaan umum dan membantu mengerjakan tugas tertentu. Namun, seiring waktu, remaja mulai menjadikannya sebagai tempat curhat. Fenomena ini semakin populer, terutama di kalangan Gen Z yang merasa lebih nyaman bercerita kepada ChatGPT dibandingkan kepada teman atau keluarga.
Alasan Anak Muda Lebih Nyaman Curhat dengan ChatGPT
Generasi muda hidup di era teknologi yang membuat komunikasi lebih praktis dan efisien. Ketergantungan pada teknologi mendorong remaja berinteraksi dengan ChatGPT sebagai bentuk komunikasi yang dianggap menarik dan inovatif. Mereka merasa lebih nyaman dan aman untuk berbagi masalah maupun perasaan dengan ChatGPT dibandingkan dengan orang lain, dilansir Gemagazine dari Pengalaman Interaksi Pengguna Remaja Curhat dengan ChatGPT, Selasa (02/09/2025).
Sebagian chatbot, termasuk ChatGPT, dirancang untuk memberikan dukungan emosional serta saran dalam menghadapi persoalan hidup. Bagi mereka yang sulit menemukan teman terpercaya, kehadiran ChatGPT menjadi alternatif untuk mencurahkan isi hati. Pengguna pun merasa lebih bebas bercerita tanpa takut diejek, dihakimi, atau diabaikan.
Respons yang diberikan ChatGPT sering kali membuat pengguna merasa didengar dan dipahami, bahkan membantu mereka melihat masalah dari sudut pandang berbeda. Jawaban yang muncul pun kerap terasa meyakinkan. Meski begitu, ChatGPT tetap memiliki keterbatasan dan tidak selalu mampu memberikan respons yang sesuai dengan kondisi nyata.
Keterbatasan ChatGPT sebagai Teman Curhat
ChatGPT memang memudahkan remaja untuk bercerita, tetapi teknologi ini tetap memiliki banyak keterbatasan. Tidak seperti manusia, ChatGPT tidak memiliki emosi. Padahal, emosi sangat penting dalam komunikasi untuk memahami konteks dan memberikan jawaban yang sesuai secara emosional, dilansir Gemagazine dari Kecerdasan Buatan Sebagai Agen Sosial: ChatGPT dan Manusia dalam Perspektif Komunikasi di Era Digital, Rabu (03/09/2025).
Meskipun ChatGPT dapat meniru gaya percakapan manusia, ia tidak memiliki perasaan ataupun pengalaman pribadi. Setiap respons sepenuhnya dihasilkan melalui pengolahan data menggunakan kecerdasan buatan berbasis deep learning. Karena itu, jawaban yang diberikan terkadang kurang sesuai dengan situasi nyata yang dialami pengguna.
Selain itu, solusi yang ditawarkan ChatGPT sering kali bersifat umum dan tidak selalu relevan dengan konteks pribadi. Ada kalanya saran terdengar masuk akal, tetapi sulit diterapkan dalam situasi nyata. Kondisi ini dapat membuat pengguna salah mengambil keputusan jika terlalu bergantung pada ChatGPT, bahkan berpotensi menimbulkan dampak signifikan dalam kehidupan mereka.
Dampak pada Kehidupan Nyata Anak Muda
Tidak dapat dimungkiri, fenomena ini memberi dampak positif karena membantu pengguna merasa lebih lega setelah mencurahkan isi hati. Namun, rasa lega tersebut hanya bersifat sementara. Jika terlalu bergantung, hal ini justru dapat berkembang menjadi kebiasaan yang kurang sehat.
Interaksi yang terlalu sering dengan ChatGPT berisiko menimbulkan ketergantungan psikologis. Kondisi ini muncul ketika pengguna lebih memilih berinteraksi dengan AI daripada berhubungan langsung dengan orang lain. Perilaku tersebut dapat membuat seseorang menjadi lebih tertutup dan kesulitan menjalin hubungan interpersonal, dilansir Gemagazine dari Fenomena Chatbot AI sebagai Teman Curhat: Implikasi pada Hubungan Antarpribadi di Era Digital, Rabu (03/09/2025).
ChatGPT memang mampu memberikan rasa nyaman dan dukungan emosional ketika dibutuhkan. Meski demikian, teknologi ini tetap memiliki keterbatasan signifikan dalam kualitas komunikasinya. ChatGPT tidak bisa sepenuhnya menggantikan kedekatan hubungan manusia karena tidak memiliki emosi dan empati.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana hadirnya teman virtual dapat memberi rasa nyaman sekaligus dukungan emosional. Akan tetapi, penggunaannya tetap perlu dibatasi agar tidak berlebihan. Bagi anak muda, membuka diri pada interaksi nyata tetap penting untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional mereka.
(pk/chr)