Jaga Mental dengan Batasan dalam Hubungan

IMG-20250530-WA0024

Foto: freepik.com

GEMAGAZINE – Di tengah dunia yang bergerak cepat dan penuh tekanan, menjaga kesehatan mental menjadi hal yang sangat penting. Salah satu cara untuk melindungi diri secara emosional adalah dengan menetapkan batasan pribadi. Batasan ini dibutuhkan dalam berbagai hubungan, baik di lingkungan sosial, keluarga, maupun pekerjaan.

Sayangnya, masih banyak orang merasa bersalah saat mencoba membuat batasan untuk dirinya sendiri. Mereka takut dianggap egois atau tidak peduli dengan orang lain. Padahal, memahami dan menjaga batasan pribadi justru bisa memperkuat relasi, bukan merusaknya.

Menetapkan batasan bukanlah tentang membangun tembok untuk menjauh dari orang lain. Justru sebaliknya, batasan membantu menciptakan ruang yang sehat untuk saling menghargai dan menjaga keseimbangan dalam hubungan. Dengan begitu, relasi bisa tumbuh tanpa harus mengorbankan kenyamanan pribadi.

Mengenal Batasan Pribadi

Batasan pribadi adalah cara melindungi diri secara emosional, fisik, dan mental. Dalam kehidupan sosial atau pekerjaan, ini bisa berupa menolak ajakan yang mengganggu kenyamanan pribadi. Batasan yang jelas membantu kita tetap produktif, dihargai, dan terhindar dari stres.

Batasan yang jelas memberi ruang bagi individu untuk tetap produktif dan merasa dihargai. Batasan juga membantu mencegah kelelahan emosional. Tanpa batasan, kita mudah merasa kewalahan, stres, dan bahkan mengalami burnout, dilansir Gemagazine dari situs Mental Health Foundation, Selasa (29/05/2025).

Namun, konsep batasan sering dianggap asing atau bahkan kasar. Kita terbiasa dalam budaya yang mengagungkan pengorbanan dan menganggap penolakan sebagai sikap egois. Padahal, jika terus mengabaikan kebutuhan sendiri demi orang lain justru bisa merusak kesehatan mental.

Bayangkan seorang karyawan yang masih menjawab email kerja di malam hari meski tubuhnya lelah. Di sisi lain, ada teman yang harus mendengar curhatan toksik saat dirinya sedang rapuh. Situasi seperti ini menunjukkan bahwa batasan dibutuhkan untuk menjaga energi dan kesehatan mental, bukan untuk menjauh.

Menetapkan batasan adalah bentuk cinta pada diri sendiri. Ia memberi ruang untuk tumbuh dan bernapas tanpa tekanan. Dengan batasan, kita bisa menjadi diri sendiri tanpa rasa takut atau terpaksa.

Contoh Situasi yang Membutuhkan Batasan

Dalam berbagai hubungan, terkadang kita menghadapi situasi yang membuat kita lelah dan tidak nyaman. Jadi, penting untuk tahu kapan harus membuat batasan agar kita tetap sehat secara mental dan emosional. Berikut ini beberapa contoh yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, seseorang yang terus-menerus ditelepon oleh temannya setiap malam untuk curhat panjang. Awalnya terasa menyenangkan menjadi tempat berbagi, tapi lama-kelamaan hal ini mengganggu waktu istirahat dan suasana hati. Kondisi ini jelas menunjukkan pentingnya menetapkan batasan dalam hubungan sosial.

Hal serupa juga terjadi di lingkungan kerja, ketika banyak karyawan merasa terbebani karena tidak bisa berkata “tidak” kepada atasan. Mereka tetap menerima pekerjaan tambahan meski tugas pokok belum selesai. Akibatnya, tekanan meningkat, produktivitas menurun, dan konflik batin pun muncul.

Batasan juga penting dalam hubungan keluarga. Orang tua yang terlalu mencampuri kehidupan pribadi anak bisa membuat hubungan jadi renggang. Anak merasa tidak dipercaya dan orang tua merasa diabaikan. Penting mengenali situasi yang mulai menguras energi dan merugikan psikologis.

Cara Menetapkan dan Mempertahankan Batasan Sehat

Menetapkan batasan tidak berarti menjadi orang yang dingin atau tidak peduli. Justru sebaliknya, itu merupakan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Pertama, kenali kebutuhan pribadimu dengan jujur. Pikirkan apa yang membuatmu merasa lelah atau tidak dihargai dalam berbagai hubungan. Jawaban dari hal ini bisa menjadi langkah awal untuk menentukan batasan yang tepat agar kamu bisa menjaga kesehatan mental dan emosional.

Kedua, komunikasikan batasanmu dengan jelas dan jujur agar orang lain mengerti. Sampaikan dengan nada tenang supaya pesan tersampaikan tanpa menimbulkan konflik. Misalnya, kamu bisa bilang, “Aku butuh waktu sendiri malam ini, kita ngobrol besok siang ya?”

Ketiga, jangan merasa bersalah. Menolak bukan berarti menolak orangnya, tapi menjaga agar hubungan tetap sehat dan seimbang. Rasa bersalah hanya akan membuat kita terus mengorbankan kenyamanan demi menyenangkan orang lain.

Keempat, konsistensi sangat penting dalam menerapkan batasan. Jika batasan hanya diucapkan tapi tidak dijalankan, orang lain akan menganggapnya tidak serius. Saat kamu tegas dan konsisten, mereka akan belajar menghargai batasan yang kamu buat.

Psikolog klinis Tara Brach mengatakan bahwa menetapkan batasan adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri dan orang lain. Batasan membantu kita menjaga keseimbangan dalam hidup. Tanpa batas, kita bisa kehilangan kendali atas waktu, energi, dan identitas.

Mengakhiri Siklus Kelelahan Emosional

Menetapkan batasan adalah tanggung jawab pada diri sendiri. Ketika seseorang sering menomorduakan kebutuhan pribadi, tubuh dan pikiran akan merasa lelah dan cemas. Hubungan sehat berarti memberi sekaligus menjaga ruang untuk tumbuh.

Batasan yang sehat membantu kita hadir sepenuhnya bagi orang lain tanpa kehilangan diri sendiri. Dengan menetapkan batasan, kita bisa dengan tegas berkata “tidak” dan berani meminta waktu untuk istirahat. Ini adalah langkah kecil yang memberi dampak besar bagi kesehatan mental dan emosional.

Menjaga batasan bukan berarti egois, melainkan cara hidup yang sehat dan penuh kesadaran. Batasan membuat kita tetap kuat, seimbang, dan mampu menjaga kualitas hubungan dengan orang lain. Jadi, menetapkan batasan adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri sekaligus menjaga hubungan yang sehat.

(pk/lidg)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *