Hiking untuk Healing? Simak Persiapannya!
Foto: M. Yahya Ayyash
GEMAGAZINE – Belakangan ini, hiking menjadi tren di kalangan anak muda. Aktivitas tersebut dinilai sebagai cara untuk healing atau mencari ketenangan dari rutinitas sehari-hari. Sebagian juga melakukannya demi mendapatkan konten estetik untuk media sosial.
Hiking atau lintas alam merupakan olahraga penjelajahan dan pengembaraan yang dilakukan di alam terbuka dengan berjalan kaki melewati gunung, hutan, dan aliran sungai. Aktivitas ini tidak hanya melatih fisik, tetapi juga memberi kesempatan untuk menikmati keindahan alam, dilansir Gemagazine dari Jurnal Interest of Hiking in Students of Sports Science Study Program for the 2018 FIK UNM, Minggu (06/07/2025).
Sayangnya, tren ini juga memicu fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang membuat banyak pendaki pemula nekat melakukan pendakian tanpa memperhatikan aturan keselamatan. Tak sedikit dari mereka mengabaikan pentingnya membawa perlengkapan yang sesuai. Selain itu, mereka juga belum memahami pengetahuan dasar tentang pendakian.
Akibatnya, kondisi tersebut tak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga berdampak pada lingkungan sekitar. Dampaknya bisa berupa kerusakan alam dan gangguan terhadap kenyamanan pendaki lain. Bahkan, beberapa kasus berujung pada insiden yang memerlukan evakuasi.
Mengapa Anak Muda Memilih Hiking?
Saat ini, minat anak muda terhadap gaya hidup sehat dan kedekatan dengan alam semakin meningkat. Salah satu aktivitas yang mereka pilih adalah hiking. Kegiatan ini terlihat sederhana, tetapi tetap menghadirkan tantangan tersendiri.
Selain itu, aktivitas ini menawarkan pengalaman langsung berinteraksi dengan alam yang sulit ditemui di perkotaan. Suara alam yang menenangkan, udara segar, dan pemandangan terbuka membuat mereka lebih rileks serta membantu meredakan stres akibat rutinitas. Meski melelahkan, banyak yang justru merasa lebih tenang setelah kembali dari pendakian.
Bagi sebagian anak muda, hiking bukan lagi sekadar olahraga ataupun aktivitas fisik. Ini menjadi cara sederhana untuk menjauh sejenak dari segala kesibukan. Berada di alam tanpa gangguan notifikasi membuat mereka lebih tenang dan fokus menikmati waktu dengan diri sendiri.
Tak hanya itu, banyak anak muda yang melakukan hiking sebagai bentuk ekspresi diri di media sosial. Foto estetik di puncak gunung atau jalur pendakian sering dianggap sebagai simbol gaya hidup sehat dan dekat dengan alam. Aktivitas ini pun tak jarang menjadi cara untuk menginspirasi orang lain agar mencoba hal serupa.
Selain manfaat personal, lewat kegiatan hiking, banyak anak muda merasakan kedekatan selama proses pendakian. Jalur yang jauh dan menantang membuat mereka saling menjaga serta memberikan semangat satu sama lain. Kebersamaan seperti inilah yang sering membuat pendakian terasa lebih berkesan.
Persiapan Fisik dan Mental Sebelum Hiking
Sebelum memulai pendakian, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kondisi fisik. Tubuh sebaiknya dipersiapkan dengan rutin berolahraga, seperti jogging, berjalan kaki, atau latihan kardio. Aktivitas ini dapat membantu tubuh lebih terbiasa bergerak dan tidak mudah kelelahan saat mendaki.
Selain fisik, kesiapan mental juga tak kalah penting. Pendaki harus siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul selama pendakian, seperti jalur yang sulit, cuaca yang berubah-ubah, rasa lapar, dan kelelahan. Dalam kondisi tersebut, pendaki perlu tetap tenang dan fokus agar tidak panik.
Dengan persiapan mental yang baik, pendaki tetap bisa menikmati proses pendakian meskipun penuh rintangan. Sikap tenang membantu dalam mengambil keputusan secara bijak di tengah perjalanan. Hal ini menjadikan pendakian sebagai pengalaman yang lebih menyenangkan dan berkesan.
Perlengkapan dan Logistik Pendakian
Perlengkapan dasar juga perlu dipersiapkan sebelum melakukan pendakian. Gunakan pakaian yang cepat kering, nyaman, dan mampu menahan cuaca dingin. Jaket tahan angin serta jas hujan juga penting untuk melindungi tubuh dari cuaca yang tidak menentu.
Gunakan sepatu yang nyaman dan dirancang khusus agar tahan air, cepat kering, serta memiliki sirkulasi udara (breathable). Jenis sepatu ini akan membantu melindungi kaki selama pendakian, meski harus melewati jalur yang basah atau lembap. Jika diperlukan, tambahkan gaiter untuk melindungi kaki dari kerikil sekaligus membantu menjaga kehangatan.
Tenda dan perlengkapan tidur seperti sleeping bag dan matras juga wajib dibawa, terutama jika pendakian dilakukan lebih dari satu hari. Peralatan ini penting untuk beristirahat dengan aman serta melindungi diri dari hujan, angin, dan suhu dingin di malam hari.
Logistik seperti makanan dan minuman juga wajib dipersiapkan. Pastikan membawa makanan yang cukup dan bergizi, seperti buah, kacang-kacangan, cokelat, dan makanan instan sebagai sumber energi. Jangan lupa membawa air minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
Kotak P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) juga perlu dibawa untuk mengantisipasi cedera ringan atau gangguan kesehatan selama pendakian. Beberapa perlengkapan yang sebaiknya ada di dalamnya antara lain obat luka, plester, dan obat-obatan pribadi. Meskipun sering kali diabaikan, peralatan ini sangat membantu dalam situasi darurat.
Gunakan tas ransel berukuran besar (carrier) yang mampu memuat seluruh perlengkapan. Pilih tas yang nyaman dan tetap seimbang saat dibawa dalam waktu lama. Sebagai pelengkap, bawa juga perlengkapan tambahan seperti trekking pole, kompas, serta senter atau headlamp.
Aturan Mendaki demi Kelestarian Alam
Selain persiapan fisik dan perlengkapan, memahami etika serta aturan mendaki merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap pendaki. Tujuannya adalah untuk menjaga keselamatan selama pendakian sekaligus melindungi kelestarian alam. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya memahami aturan dasar pendakian sangat diperlukan.
Setiap pendaki diwajibkan untuk tetap berada di jalur yang telah ditentukan dan tidak keluar dari jalur resmi. Barang-barang terlarang seperti alkohol, narkotika, dan senjata tidak diperbolehkan dibawa ke area pendakian, dilansir Gemagazine dari situs resmi Taman Nasional Gunung Rinjani, Senin (07/07/2025).
Kelestarian flora dan fauna juga harus dijaga oleh setiap pendaki. Pendaki tidak diperbolehkan memetik tanaman, mengganggu satwa liar, atau membawa pulang benda alami yang ditemukan di jalur pendakian. Hal ini penting agar ekosistem tetap terjaga dan tidak terganggu oleh aktivitas manusia.
Menjaga kebersihan juga merupakan bagian dari aturan mendaki yang wajib diterapkan. Semua sampah logistik, termasuk sisa makanan, harus dibawa turun kembali. Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menjelaskan bahwa pelanggaran aturan kebersihan akan dikenakan sanksi blacklist hingga lima tahun untuk seluruh taman nasional di Indonesia, dilansir Gemagazine dari situs resmi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Senin (07/07/2025).
Dengan persiapan fisik dan perlengkapan yang sesuai, serta pemahaman dasar mengenai aturan pendakian, hiking bisa menjadi kegiatan yang seru dan pengalaman yang berkesan. Potensi bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain pun dapat dihindari. Pendakian yang dilakukan dengan bijak akan memberikan manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi kelestarian alam.
(pk/akp)